Bisakah Jin Diperintah Manusia? #Part 2
Written By Unknown on Jumat, Agustus 31, 2012 | Jumat, Agustus 31, 2012
Selain membagi jin ke dalam kelompok-kelompok, banyak ulama juga menegaskan bahwa jin, sebagaimana semua makhluk ciptaan Allah, terdiri dari dua jenis kelamin; laki-laki dan perempuan.
Ayat yang dijadikan alasan para ulama penganut pandangan ini, antara lain Surah Yasin ayat 36, “Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
“Ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin.” Dijadikan juga oleh sementara ulama sebagai bukti adanya jenis kelamin lelaki dan perempuan bagi
makhluk jin. (QS Al-Jin: 6).
Menurut Syauqi Abu Khalil dalam “Atlas Al-Qur’an”, para jin ini terbagi dua, yakni jin kafir dan jin yang Islam (Mukmin). Jin yang beriman akan ditempatkan di surga dan jin kafir akan ditempatkan di neraka.
Sementara itu, Rasulullah SAW menggambarkan, para jin itu terbagi tiga golongan, yakni golongan yang bisa terbang di udara, golongan ular dan anjing, serta golongan yang bermukim dan hidup berpindah-pindah.
Dari Abu Darda, bahwa Nabi SAW bersabda, “Allah menciptakan jin tiga macam. Ada yang berupa ular, kalajengking, dan bermukim atau berpindah-pindah, dan ada yang bagaikan angin di udara serta ada juga jenis yang akan dimintai pertanggungjawaban dan disiksa.” (Hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam “Maqasid Asy-Syaithan”, juga dalam “Hawatif”, riwayat Al-Hakim, dan lainnya).
Sementara itu, kalangan ulama kontemporer, tulis Quraish, berpendapat bahwa jenis jin yang bermukim dan berpindah-pindah tempat adalah kuman-kuman penyakit. Sedangkan, jin yang memiliki sayap antara lain adalah makhluk angkasa luar.
Manusia dan binatang
Dalam pandangan ulama, jin memiliki kemampuan membentuk dirinya dalam berbagai bentuk.
Memang, dari Alquran tidak ditemukan penjelasan tentang hal ini, tetapi banyak riwayat yang menginformasikannya.
Pakar tafsir, Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa ketika pemuka-pemuka suku di Makkah berunding untuk menghadapi Nabi Muhammad SAW, iblis tampil dalam bentuk seorang tua terhormat dari suku Najed dan memberikan mereka saran agar memilih dari setiap suku seorang pemuda.
Kemudian, pemuda-pemuda pilihan itu secara bersamaan membunuh Muhammad SAW. Dengan demikian, suku Nabi Muhammad (Quraisy) tidak dapat menuntut balas karena mereka akan berhadapan dengan banyak suku.
Ibnu Katsir mengemukakan juga riwayat yang dinisbahkan kepada Ibnu Abbas RA bahwa dalam Perang Badar, iblis tampil dalam gabungan tentara setan dalam bentuk seorang yang mereka kenal, bernama Suraqah Ibnu Malik Ibnu Ju’syum, yang ditakuti oleh suku Quraisy karena ada dendam di antara mereka.
Suraqah berkata kepada kaum musyrikin, “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini dan aku adalah pembela kamu.”
Tetapi, ketika perang berkecamuk, Rasulullah mengambil segumpal tanah dan melemparkannya ke muka orang-orang musyrik sehingga mereka kacau balau. Ketika itu, malaikat Jibril menuju ke arah iblis yang menyerupai Suraqah yang sedang memegang tangan salah seorang musyrik.
Dan setelah ia melihat Jibril, makhluk terkutuk itu melepaskan tangan yang dipegang dan meninggalkan medan pertempuran bersama kelompoknya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa Abu Hurairah menangkap jin yang berbentuk manusia ketika ia mencuri kurma sedekah.
Rasulullah SAW juga menyampaikan kepada para sahabat beliau, “Semalam, tiba-tiba muncul di hadapanku jin Ifrit untuk membatalkan shalatku, Allah menganugerahkan aku kemampuan menangkapnya dan aku bermaksud mengikatnya pada salah satu tiang masjid hingga kalian semua di pagi hari dapat melihatnya. Tetapi, aku mengingat ucapan (permohonan) saudaraku (Nabi) Sulaiman, 'Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku'.” (QS Shad: 35).
Selain berwujud manusia, jin juga dapat tampil dalam wujud binatang. Imam Bukhari menyebutkan dari sekian riwayat menyangkut perubahan bentuk jin, antara lain dalam bentuk ular.
Sementara itu, Ibnu Taimiyah menulis dalam kumpulan fatwa-fatwanya bahwa jin dapat mengambil bentuk manusia atau binatang, seperti ular, kalajengking, sapi, kambing, dan kuda.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya sumber